![](http://www.konfrontasi.com/sites/default/files/styles/article_big/public/article/2015/12/kepala%20Dinas%20Kesehatan%20Konfrontasi.jpg?itok=5vZPKidC)
Konfrontasi -Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) mendesak Bupati Aceh Barat Daya (Abdya) Jupri Hassannuddin untuk mencopot Martunis dari jabatan kepala Dinas Kesehatan, karena dianggap tidak memiliki prestasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan.
"Selain tidak mampu meningkatkan pelayanan, juga banyak kasus yang terjadi di sejumlah Pukesmas terkesan ditutupi oleh dinas kesehatan tanpa adanya penyelesaian yang jelas," ungkap Ketua YARA Abdya, Miswar di Blangpidie, Rabu (2/12).
Kata dia, ketidakmampuan Martunis dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di Abdya terbukti pada Irol Rahman, warga miskin, Dusun Lhok Batee Intan, Desa Padang, Kecamatan Manggeng, yang baru-baru ini setelah dikhitan mengalami cacat total.
"Anak yatim itu tidak mendapatkan pelayanan medis yang maksimal, sehingga tulang paha sebelah kirinya sudah patah mengeluarkan nanah dan darah, yang kini sudah dirujuk ke rumah sakit di Banda Aceh," katanya.
Miswar menyebutkan, selain dari itu juga banyak kasus lain yang terjadi di pukesmas-pukesmas yang hingga kini tidak diselesaikan dengan baik, sehingga merembet pada memburuknya pelayanan kesehatan di Abdya.
Seperti kejadian di Pukesmas Rubek Meupayong, Susoh. kata dia, pada tahun 2014 pernah terjadinya kasus pencurian laptop milik Pukesmas termasuk kasus pelecehan seksual sesama perawat juga terkesan ditutupi.
"Padahal, kasus ini sudah pernah dilaporkan ke Dinkes oleh Hasra yang tak lain Kepala Tata Usaha Pukesmas itu, namun tidak diproses secara hukum dan terkesan ditutupi oleh pihak dinas," katanya.
Kemudian, lanjut Miswar, kejadian lain juga terjadi pada saat para Kepala Pukesmas se-Kabupaten Abdya melakukan perjalanan dinas ke Bali mengikuti Bimbingan Teknis pada Oktober 2015 juga tersandung kasus.
"Rupanya saat mereka bimtek ke Bali itu juga ada kasus pemukulan sesama Kepala Pukesmas di sana. Padahal, waktu itu, Kadis Kesehatan ikut serta, tetapi kenapa bisa timbul kejadian, tentu saja ini akibat kelemahan kadis yang tidak dihormati oleh bawahannya," katanya.
Dijelaskannya, kejadian antara Kepala Pukesmas Susoh dengan Kepala Pukesmas Jumpa saat di Bali tersebut diketahui dari kalangan perawat yang kini sedang hangat-hangatnya dibicarakan dari mulut kemulut.
"Menurut informasi, kasus di Bali ini juga belum diselesaikan sampai dengan sekarang, seharusnya selaku pimpinan harus cepat bertindak jangan sampai terjadi keributan besar antara dua pihak," katanya.
Hasra, mantan Kepala Tata Usaha Pukesmas Rubek Meupayong, Susoh, saat dikompirmasi, membenarkan bahwa ada terjadinya kasus pelecehan seksual di Pukesmas tempat dia berkerja pada tahun 2014, termasuk kasus pencurian laptop negara.
"Kasus ini sudah berulang kali saya laporkan pada kepala dinas kesehatan, tapi tidak ditanggapi, buktinya hingga kini kasus ini tidak dilanjutkan secara hukum, padahal saya sudah siap untuk menjadi saksi," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Abdya saat ditanya wartawan mengakui bahwa kasus kehilangan laptop milik Pukesmas Rubek Meupayong, Sangkalan, Susoh, sudah didamaikan secara kekeluargaan beberapa waktu lalu dan begitu juga dengan kasus keributan Kapus di Bali.
"Kasus kehilangan laptop itu sudah kita damaikan, tapi kalau soal kasus pelecehan seksual itu saya tidak tau. Begitu juga dengan kasus keributan di Bali, mereka sudah saya panggil untuk didamaikan, berhubung saksinya sedang sakit, makanya saya pending dulu," katanya.
Martunis mengakui, kasus keributan antara Kepala Pukesmas Susoh, Edwar, dengan Kepala Pukesmas Jumpa, Murti, dipicu pada persoalan pribadi mereka berdua, bukan karena persoalan kedinasan.
"Kejadian itu bukan di depan saya. Jadi, untuk kita buat perdamaian harus ada saksi yang melihatnya, sementara saksi yang melihat kejadian itu Kepala Pukesmas Kuala Batee, Kasmawati. Berhubung dia sedang sakit, maka untuk perdamaian kita pending dulu," demikian Martunis. (rol/ar)